Minggu, 24 April 2011

Teknologi Publishing dan Desain Grafis

Perkembangan desain grafis tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor sejarah dan ditopang oleh filsafat desain yang mengacu pada estetika seni, tetapi juga dibentuk oleh perkembangan media dan terutama oleh perkembangan teknologi (Ryan, 2004). Sehingga, layout dokumen publikasi media sebagai bagian dari desain grafis juga tak luput dari pengaruh perkembangan dan revolusi teknologi. Revolusi pertama diawali setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg sekitar tahun 1450. Mesin cetak Gutenberg mamungkinkan untuk mencetak dokumen lebih murah, cepat dan lebih banyak (masal) sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan revolusi media massa (terutama berbentuk buku-buku) yang berpengaruh besar pada peradaban manusia. Namun baru setelah abad ke-17 media kemudian berkembang menjadi tidak hanya buku, tetapi media cetak lain seperti surat kabar/koran, pamflet, poster iklan, dsb. Setelah ditemukanya mesin uap oleh James Watt pada abad ke-18 yang kemudian memicu lahirnya era revolusi energi sekaligus memicu revolusi industri, berdampak langsung ke teknologi mesin cetak. Selanjutnya mesin cetak semakin disempurnakan dengan inovasi teknologi berupa mesin silinder putar dan mesin linotype yang mampu membuat type setting jauh lebih cepat dari sebelumnya. Lahirlah sebuah era baru mesin cetak modern, mesin cetak tersebut mampu mencetak gambar dari plate berbentuk silinder ke atas kertas panjang. Dunia publikasi dan penerbitan memasuki babak baru, dimana dampaknya dirasakan langsung terutama oleh media massa utama pada saat itu (surat kabar/Koran), yang bisa diterbitkan setiap hari dengan oplah yang besar. Revolusi cetak berikutnya terjadi pada tahun 1950-an setelah ditemukannya mesin “ajaib” yang disebut dengan mesin phototypesetting dan mesin cetak photo-offset. Dimana kedua mesin tersebut mampu mencetak secara colorfull dan jauh lebih presisi dari mesin-mesin sebelumnya sekaligus mampu menghasilkan cetakan yang lebih photorealistic, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh mesin-mesin cetak era sebelumnya.

Revolusi yang paling muthakir yang menyusul kemudian tidak berselang lama setelah ditemukannya kedua mesin ajaib tersebut, yaitu terjadi pada sekitar tahun 1980-an dengan ditemukanya teknologi yang lebih ajaib lagi, yaitu teknologi komputer berbasis digital. Percetakan dan publikasi selanjutnya memasuki era baru. Jika sebelum era 80-an proses desain media-media komunikasi dan publikasi melibatkan banyak fihak dengan proses yang kompleks dan terpisah satu sama lain, mulai dari; penulis, editor, designer, typesetter, strippers, seniman grafis, staff pra-produksi, platemaker, hingga operator cetak. Di pertengahan tahun 1980-an dengan perkembangan teknologi komputer berbasis digital menyatukan keseluruhan proses yang kompleks dan terpisah tersebut dalam satu meja yang dikenal dengan “desktop publishing”. Desktop publishing secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan dokumen publikasi untuk cetak maupun elektronik dengan menggunakan komputer dan software khusus yang dirancang untuk mengolah teks dan gambar. Pada awal perkembanganya, pensuplai utama teknologi desktop publishing didominasi oleh tiga vendor besar; Apple Computer, Aldus, dan Adobe. Pemrakarsa pertama adalah Apple computer yang memperkenalkan sistem GUI (Graphical User Interface) yang membuat computer jauh lebih mudah digunakan (User Friendly) dari model sebelumnya. Komputer tersebut sekaligus berkonsep WYSIWYG (What You See is What You Get), sebuah sistem yang memungkinkan konten yang sedang dikerjakan di komputer mendekati atau bahkan sama dengan output yang akan dihasilkan. Apple juga untuk pertama kalinya memperkenalkan mouse sebagai alat bantu dalam menginput dan mengoperasikan program berbasis GUI-nya. Disamping itu Apple juga mengembangkan program-program grafis yang mulai diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1985 berbentuk software grafis yang diberi nama “MacPublisher”. Sementara itu Adobe juga tidak mau ketinggalan dengan mulai mengembangkan teknologi Postscript, yang mampu menyajikan teks menjadi lebih tajam daripada dengan menggunakan format bitmap. Hingga akhirnya Paul Brainerd, seorang ahli di persuratkabaran dan pendiri ALDUS Corporation yang sangat familiar dengan pengolahan surat kabar berbasis type-setting, mengembangkan program PageMaker. PageMaker selanjutnya dikenal sebagai program canggih pengolah desain tata letak/layout yang paling populer dan mudah digunakan. Paul Brainerd sendirilah yang memperkenalkan istilah Desktop Publishing atas keseluruhan proses dalam penerbitan berdasarkan program ciptaannya tersebut. Selanjutnya Adobe mengakuisisi Aldus PageMaker untuk versi Apple (Macintosh) maupun komputer PC. Adobe akhirnya mendominasi sebagai vendor komputer grafis dan desktop publishing dengan mengembangkan program lain seperti Adobe Photoshop, Illustrator, dan adobe InDesign sebagai pengolah layout yang menggantikan Pagemaker. Software lain yang juga popular antara lain QuarkXpress, Corel Ventura, Miscrosoft Office Publishing, PageStream, dll. Namun hingga saat ini Adobe menjadi pemimpin pasar dengan Adobe InDesign-nya setelah pada tahun 2002 adobe PageMaker secara resmi tidak dilanjutkan lagi pengembanganya.
 
Saat ini, dengan pesatnya penggunaan teknologi digital dalam desain dan layout khususnya, telah menyediakan ruang melimpah, elastisitas dan aneka pilihan kreatif bagi para desainer untuk berkreasi secara digital. Bola panas dalam proses desain perwajahan media selanjutnya berada di tangan desainer. Sehingga desainer grafis dewasa ini dituntut tidak hanya menguasai aspek desain dan perwajahan media semata, tetapi juga harus tahu proses persiapan output medianya, pra-cetak jika outputnya berupa cetakan, atau persiapan untuk dokumen elektronik jika outputnya berformat digital. Perkembangan teknologi digital juga memunculkan format baru dalam media komunikasi. Jika sebelum era digital media cetak mendominasi penerbitan, maka saat ini sudah mulai tergeser oleh format digital seperti e-paper, e-book, dsb. Sehingga tantangan besar bagi desainer grafis khususnya, adalah penguasaan teknologi desain hingga pracetak, selain tentu saja kemampuan artistik yang harus juga dimiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar